Sebaris kalimat diatas sudah menggambarkan perjalanan hari
kedua kami. Tapi mengenai keindahan alamnya bisa dilihat dari gambar-gambar
dibawah. Balance lah. Ada rasa sakit ada keindahan *kayak kehidupan ya....
etdaaaaaaahhhh* #tepokjidat
Pemandangannya kayak shooting film apa gitu |
Mpik: Gha foto yuk.. etdaaaaaah dia tidur |
![]() |
Bukit Penyesalan tampak dari atas dan dari bawah |
Bukit terakir sebelum Pelawangan |
PELAWANGAN.. Semacam miniatur surga
Tiba-tiba langkah saya terhenti. Ya Allah ini apa????????
Inikah ciptaanMu?? Inikah keindahanMu?? Inikah hasil karyaMu?? Gak usah
dijelasin, pokoknya kalian harus kesiniiiii.
Mungkin ini yang sering dibilang orang-orang Sepotong Surga Yang Jatuh Ke Bumi
Mungkin ini yang sering dibilang orang-orang Sepotong Surga Yang Jatuh Ke Bumi
Dibalik keindahan Rinjani ada sampah yang berserakan |
Matahari belum pulang tapi bulan udah nongol. Mungkin bulannya lagi kangen sama matahari |
Kalau bukan karena perkara mau muncak malamnya mungkin saya akan menghabiskan malam dengan semua keindahan ini. Tak apalah kami memang harus menyiapkan tenaga untuk menyambut keindahan di puncak.
Namun sayang sungguh sayang. Keindahan Rinjani harus dirusak oleh banyaknya sampah yang berserakan. INILAH KELAKUAN PENDAKI GAGAL MOVE ON, GAK BISA NINGGALIN KENANGAN DAN MASA LALU MALAH NINGGALIN SAMPAH. Tiba2 teringat video Riani Jangkaru “Mantan aja dibalikin ke orang tuanya masa sampah masih dibuang sembarangan” #intermezo
Pukul 01.00 dini hari, dingin merasuk ke tulang, menembus
sudut dasar lubuk hati yang paling dalam hahaha. Diluar tenda sudah ramai
dengan pendaki lain yang juga bersiap-siap menuju puncak *nanjak maksudnya
bukan menuju puncaknya AFI*. Suhu dingin yang nyaris 0 derajat, kencangnya
angin, oksigen yang semakin menipis, dan jalan menanjak semua itu harus kami
lewati. Jalan 2 langkah merosot 1 langkah, nangis gak tuh.
JALANI, RASAKAN, & NIKMATI.. Trududududuuu
Tapi rasanya pemandangan malam itu tak bisa saya lupakan. Pemandangan yang tidak setiap hari bisa saya nikmati, tampak Danau Segara Anak bersinar akibat pantulan cahaya bulan yang menggantung diatasnya. Entah sudah berapa banyak rasa syukur yang saya ucapkan dalam hati.
Swing swing, sesekali kami harus berlindung di bebatuan
karena hembusan angin yang begitu kencang. Tapi perjalanan tetap harus kami
lanjutkan hingga puncak. Masih dengan jalan 2 langkah merosot 1 langkah, Hu..
ha.. hu.. ha.. nafas yang sudah tidak beraturan. Pokoknya gitu aja terus sampe
puncak.
PUNCAAAAAAAAAAKKKKK....
“Mpiiiikkk kita nyampe puncak” sambil menyalami teman daki
saya dilanjut saling bersalaman dengan bg Jo dan saudaranya. Pukul 05.30 segera
saya dan fikri melaksanakan sholat subuh. Di setiap sujud, disetiap itu pula
air mata saya mengalir. Di ketinggian ini saya berasa dekat denganMu Ya Allah.
![]() |
Bukan cuma di Jonas atau Papyrus, di puncak Rinjani pun orang antri buat foto |
Haiiii...... Saya di puncak Rinajni!! |
Tangan berasa kaku saking dinginnya, meler tak henti-hentinya,
matahari udah nongol aja masih dingin, sayapun tak langsung mengambil gambar
tapi hanya bisa duduk menikmati semua keindahan dan berkah ini sembari menunggu
tangan lumayan lemas saking kakunya karena dingin.
Puncak dan baper memang 2 hal yang tak terpisahkan |
Gak tau deh kelanjutan yang di tulisan ini gimana, tunggu undangan aja dah |
![]() |
3726mdpl DONE!! |
![]() |
Ini 2 teman papua yang saya temui di Rinjani, bg Jo dan saudaranya |
Tersadar bahwa sudah pukul 07.00, kami pun harus bergegas
untuk turun. Lagi lagi diperjalanan menuju Plawangan suguhan keindahan yang tak
habis-habisnya. Segala rasa sakit dan lelah benar-benar terbayarkan di
pendakian ini.
Naiknya PR, turunnya PR |
Harusnya ada 1 lokasi lagi yang tak kalah indahnya, yaitu
Danau Segara Anak. Tapi karena kondisi saya yang sudah sangat tidak
memungkinkan untuk kesana dan untungnya Fikri ngerti dengan kondisi saya maka
kami memutuskan untuk tidak kesana dan turun menuju Sembalun. Itulah seni
mendaki, saling mengerti, saling peduli satu sama lain.
Betis yang kedat kedut, pegal, keram disana sini menemani
proses perjalanan turun saya. Di perjalanan pulang kami memilih untuk kembali
menginap di pos 3 karena kondisi saya yang memang sudah kehabisan tenaga *jompo
bet lu Gha*
Capek dan lelah tak jadi penghalang untuk tetap berfoto |
Bapak porter yang banyak membantu kami selama pendakian di Rinjani |
Singkat cerita, basecamp Sembalun. Bayar porter dan
mengucapkan salam perpisahan dengan bapak porternya. Muka cemong, baju celana
sepatu penuh debu, kami pun melanjutkan perjalanan ke Mataram.
Karena jadwal
pesawat kami keesokan harinya artinya kami masih punya waktu semalam untuk
menikmati lombok. Tapi niat untuk jalan-jalan udah abis. Aseli pegel. Surga bet
liat kasur.
Tak ada drama ketinggalan pesawat atau bagasi hilang,
alhamdulillah kami sampai selamat di Jakarta dengan segudang kebahagiaan,
cerita dan tentunya foto-foto kece yang siap diposting di social media *tetep
ya buakakakakak*
Hmm... Saya bisa bilang kalo naik gunung itu Nanjaknya Capek Turunnya Sakit Tapi Nagih *hayolooooh*.
RINJANI AKU JATUH CINTA |
Tapi saya masih punya utang, yaitu Danau Sagara Anak.
Tak Akan Lari Gunung Dikejar, Di Pendakian Selanjutnya Akan Terbayar. Oke, nextnya saya harus ke Sagara Anak *titik*
Tak Akan Lari Gunung Dikejar, Di Pendakian Selanjutnya Akan Terbayar. Oke, nextnya saya harus ke Sagara Anak *titik*
Egha Lestari
Rabu, 24 Agustus 2016
-more information-
Pesawat Jakarta-Lombok PP : Rp. 1.500.000 (Lion Air) per org
Transportasi Mataram-Sembalun : Rp. 400.000 (mobil avanza)
Penginapan + mobil pick up menuju pintu masuk Rinjani : Rp. 150.000
Porter : Rp. 200.000 per hari
Penginapan di Mataram : Rp. 100.000 per malam
bagus banget tulisannya tentang rinjani :)
ReplyDeleteyah saya baru ke merbabu nih, masih cupu banget..nulis juga masih acak-acak kayak gini --> https://athpoenya.wordpress.com/2016/08/05/hai-merbabu-3142-mdpl/
manteb banget ga tulisan nya, terutama foto-fotonyaa..sumpah bikin IRI !!!
Tulisanmu gak kalah bagusnya kok fiz. Banyak terinspirasi aku.
DeleteNulis lagi fiz, yang dieng belum tuh