Dari sederet jejak sejarah yang
tersimpan, sah-sah saja jika kota Surabaya dijuluki dengan sebutan Kota
Pahlawan. Jejak sejarah yang dimiliki kota dengan lambang ikan sura/suro (ikan
hiu) dan baya/boyo (buaya) membuat kota ini menjadi list wajib explore. Nama Surabaya dikenal
masyarakat melalui cerita mitosnya, dimana terjadi pertempuran antara ikan hiu
dan buaya dan sekaligus menjadi ikon kota Surabaya. Untuk bisa menjajaki semua
cerita sejarah di kota ini memang dibutuhkan beberapa hari, tak cukup jika weekend saja. Belum lagi banyak makanan
enak dan murah akan menjadi pelengkap liburan. Tapi apa boleh dikata saya hanya
punya waktu 1 hari untuk bisa berkeliling di kota ini, ditemani dengan guide yang beberapa kali membuat mobil
jadi berjalan mundur.
Mobil jalan mundur? Kok iso? Yuk baca lagi yuk.
#Hari Pertama
Sebenarnya saya ke Surabaya kemudian
lanjut ke Malang karena ingin menghadiri acara pernikahan temen seperjalanan
saat ke Semeru dan Merbabu. Bayangin saya kenal mereka belum lama, kenalnya
juga karena naik gunung bareng tapi kok sudah terasa begitu akrab. Sampai
dibela-belakan datang dari Jakarta untuk hadir di pernikahan mereka. Nah itulah
indahnya perjalanan dalam sebuah pendakian. Orang asing bisa jadi teman, teman
bisa jadi sahabat, sahabat bisa jadi saudara.
Selain menghadiri acara
pernikahan, tujuan lainnya tak lain adalah untuk saling bersilaturahim bahasa
lainnya sih temu kangen. Paling ke tempat makan, ngobrol
ngalor ngidul, ke tempat nikahan, wefie sama penganten, mampir ke tempat ole-ole hits artis, mampir ITS buat sholat isya, ke Tunjungan Plaza buat nonton Negeri Dongeng dan tidur.
Keesokan harinya pun belum ada
rencana jelas mau kemana. Tapi sayang rasanya di Surabaya, jadwal penerbangan
juga malam hari, masak iyya sih seharian cuman betelor di hotel doank gak
kemana-mana.
#Hari Kedua
Diawali dengan kegiatan pengisian
kampung tengah menu Bebek Sinjay. Ntaaap Soul *yak mari bersama-sama membaca doa makan*. Perut
kenyang, hati senang, lanjut jalan. “jadi kita kemana Fiz?”. “kemana ya Gha,
kamu mau kemana?” *lah ni anak malah nanya gue*. Oiya ini dia guide yang jadi penyebab mobil jadi
jalan mundur di cerita selanjutnya. Harusnya jalan-jalannya bertiga,
Saya-Rahman-Hafiz. Tapi karena Rahman ada kepentingan yang mengharuskan untuk pulang lebih awal jadinya kami keliling Surabaya tanpa Rahman, tanpa juru
kuncinya Surabaya, yang udah hafal Surabaya dari A sampai Z. *udah bisa ketebak
kan kenapa mobilnya bisa jalan mudur*
Tanpa tujuan yang jelas, berbekal
list segambreng tempat wisata yang jadi referensi dari Google akhirnya mobil
berhenti di Monkasel (Monumen Kapal Selam)
1. MONKASEL (MONUMEN KAPAL SELAM)
Melihat kapal selam di darat saya tiba-tiba teringat
PLTDA Apung yang ada di Aceh. Tapi monument kapal selam ini berada di tengah
kota bukan karena sebuah bencana seperti kejadian di Aceh tapi karena memang
unsur kesengajaan. Monumen ini menjadi destinasi maritime yang tidak
boleh dilewatkan saat berkunjung ke Surabaya. Berlokasi di Jalan Pemuda, tepat
di sisi Sungai Kalimas, menjadikan monumen ini sangat mudah dijangkau untuk
para wisatawan. Biaya masuk juga tidak terlalu mahal, sangat cocok jika ingin
mengajak putra putri untuk berwisata sekalian mengajarkan mereka mengenai
sejarah.
Saat memasuki area didalam kapal selam, anda akan
disambut oleh pemandu yang menggunakan seragam pelayar putih biru dongker.
Setelah baca-baca dan searching di Google, Kapal selam ini merupakan kapal selam
asli milik TNI Angkatan Laut tipe Whiskey Class buatan Uni Soviet tahun 1952.
Memiliki nama KRI Pasoepati dengan nomor lambung 410, panjang 76,6 meter, dan
lebar 6,30 meter kapal selam ini resmi dimiliki Indonesia pada 29 Januari 1962.
Menjadi bagian dalam pembebasan irian Barat menjadikan kapal selam ini memiliki
nilai sejarah yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. (Sumber info dari sini)
![]() |
Monumen Kapal Selam
Capt by Me
|
![]() |
Capt by Me |
Didalam kapal selam terdiri dari beberapa ruangan
dengan kondisi ruangan yang cukup sempit dan sesak. Saya ama hafiz aja udah
cukup buat menuhin tuh kapal selam *nggak nggak ini becanda* *kita gak segede
itu kok*. Ruangan pertama saat memasuki kapal selam, wisatawan akan langsung
bertemu dengan torpedo yang panjang dan gedenya naudzubillah. Dan
diruangan-ruangan selanjutnya akan ditemui Ruang Kerja, Ruang Batere, Ruang
Komandan, Ruang Mesin Listrik, Mesin Diesel, tempat tidur kru, Ruang Makan,
panel-panel dan tuas sebagai peralatan dan perlengkapan kapal selam, serta
periskop yang digunakan untuk mengintai kondisi diluar kapal selam.
![]() |
Terpedo Segede Gaban
Capt by Me
|
![]() |
Ruang Terpedo Haluan
Capt by Me
|
![]() |
Capt by Me |
Selama menyusuri ruangan-ruangan didalam kapal selam,
sesekali harus mnundukkan badan. Bahkan saat ingin berpindah dari ruangan satu
ke ruangan yang lain, pengunjung harus melewati lubang kecil dan sepit yang
hanya muat untuk satu orang, jadi tolong ya gak usah bergandengan saat melewati
lubang ini *kok nyolot sih Gha*
Ruangan terakhir yaitu buritan. Ruangan yang terdapat
peralatan dan perlengkapan peluncur rudal/torpedo yang bentuk dan panjangnya
sama besarnya dengan ruangan di awal.
![]() |
Denah Monkasel
Capt by Me
|
2. HOUSE OF SAMPOERNA
Berpindah ke museum bersejarah lainnya, yakni Museum Sampoerna atau yang lebih dikenal dengan House Of
Sampoerna. Terletak di kawasan Surabaya Lama, dekat dari Jembatan Merah salah
satu tempat yang penuh dengan kisah heroik arek-arek Suroboyo ketika
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, harusnya tidak sulit untuk lokasi musem ini.
Namun apa daya takdir berkata lain.
Setelah melihat google
map dan memastikan arah jalan “oke Gha deket kok ini, tinggal lurus nanti
kita belok kanan trus udah gak jauh dari” *ya kurang lebih seperti itu bunyi
kalimatnya*. Ngeng ngeng mobil jalan terus dan berhenti, "kenapa berhenti fiz" liat peta lagi “wah
kayaknya belok kanannya kelewat, tapi muter baliknya jauh yaudah kita MUNDUR
AJA” NGAHAHAHAHAHAHA.
Gedung megah bergaya kolonial Belanda, dengan 4 pilar
didepan yang bentuknya seperti batang rokok merupakan tempat produksi rokok
pertama Sampoerna. Saat memasuki museum akan tercium bau cengkeh dan tembakau
yang memenuhi ruangan. Di lantai pertama digunakan untuk memamerkan berbagai
macam peralatan yang digunakan dalam pembuatan rokok, alat pemantik rokok, alat
dan bahan meracik rokok, produk-produk rokok produksi Sampoerna, baik yang
dipasarkan di Indonesia maupun di luar negeri.
![]() |
House Of Sampoerna
Capt by Me
|
![]() |
Pintu Masuk House Of Sampoerna
Capt by Me
|
Barang-barang milik pendiri PT Sampoerna yaitu Liem
Seeng Tee dan istrinya, Siem Tjieng Nio, juga ikut dipamerkan bahkan ada replika
warung yang bernuansa ndeso lengkap
dengan toples makanan, dan buah-buahannya yang juga merupakan milik pendiri PT
Sampoerna.
![]() |
Replika Warung Milik Pendiri PT Sampoerna
Capt by Me
|
![]() |
Capt by Me |
Kemudian di depan replika warung, ada tembakau dari
berbagai daerah dengan aroma yang berbeda-beda pula. Tembakau-tembakau ini
adalah tembakau pilihan yang diolah jadi rokok keluaran Sampoerna. Di dinding ruangan
depan terpajang foto-foto keluarga serta direksi PT HM Sampoerna dari masa ke
masa.
![]() |
Foto Para Direksi PT Sampoerna
Capt by Me
|
![]() |
Si Mbaknya Lagi Foto Session
Capt by Me
|
Di ruangan kedua setelah ruang pertama pengunjung
kembali menemukan replika warung bergaya tahun 90-an sampai awal 2000-an. Ayo yang lahir tahun 90an pasti tau model warungnya.
![]() |
Bahan dan Peralatan Dalam Memproduksi Rokok
Capt by Me
|
![]() |
Mesin Cetak Yang Sebenarnya Masih Bisa Difungsikan
Capt by Me
|
![]() |
Produk-Produk Sampoerna
Capt by Me
|
Beranjak ke lantai dua. Dinding-dinding menuju lantai
dua dipenuhi dengan foto-foto para pekerja parik yang rata-rata adalah kaum
perempuan. Selain tempat penjualan souvenir
dari lantai dua terlihat juga ruangan yang cukup besar yang dulunya digunakan
untuk kegiatan pelinting rokok. Ruang terbsebut masih lengkap dengan peralatan
dan dan kursi-kursinya (kurang pekerjanya aja sih). Mungkin dulu saat masih ada kegiatan pelinting rokok, pengunjung masih bisa melihat kegiatan tersebut. Di lantai dua ada peringatan untuk pengujung untuk tidak mengambil foto. Jadi
tidak ada gambar yang bisa saya tampilkan. Mianhaeeeee oppaaa unniiii..
![]() |
Spot di Sebelah Museum Yang Sungguh Instagramable
Capt by Me
|
3. MASJID MUHAMMAD CHENG HO
Waktu menunjukkan telah masuk waktu sholat ashar.
Teringet salah satu tempat ibadah yang memiliki nilai sejarah di kota ini,
Masjid Muhammad Cheng Ho. Oke kita kesana.
Masjid yang terletak di Jalan Gading, Ketabang,
Genteng, Surabaya, tidak jauh dari Gedung Balaikota Surabaya terkenal dengan
masjid bernuansa Muslim Tionghoa (kali kedua, terjadi atraksi mobil mundur karena
belokannya lagi-lagi kelewatan)
*Rahman we really need you T_T*
Model dan bentuk masjid ini berbeda dengan masjid pada
umumnya. Walaupun bangunan yang tidak terlalu besar, namun arsitektur bangunan
yang bergaya etnik China menjadikan masjid ini sangat menarik.
![]() |
Masjid Cheng Ho
Capt by Me
|
Kalian juga bisa baca mengenai sejarah masjid ini di sini
![]() |
Relief Perjalanan Laksamana Cheng Ho
Capt by Me
|
![]() |
Capt by Me |
![]() |
Capt by Me |
![]() |
Capt by Me |
Selepas sholat ashar, sejenak saya memandangi
keseluruhan masjid. Memandangi ornamen-ornamen masjid. Tiba-tiba terlintas 1 kata di hati
saya “PERDAMAIAN”.
Mengunjungi 3 tempat bersejarah, cukup membuat perut
kembali lapar. Masih ada waktu sebelum jadwal penerbangan. Sisa waktu tersebut
saya gunakan untuk berkuliner. Yuk lanjut..
4. ES KRIM ZANGRANDI
Masih seputar tempat yang memiliki nilai sejarah. Kali
ini kita mengunjungi tempat nongkrong yang tak lepas dari jejak sejarah. YA
AMPUN… SEPERTINYA SAYA MULAI JATUH CINTA DENGAN KOTA INI. JATUH CINTA DENGAN
NILAI SEJARAHNYA.
Sesuai informasi dari teman saya, Hafiz, Zangrandi ini
menjadi salah satu tempat yang sering ramai pengunjung. Konsep yang diusung
dari kedai es krim ini terlihat ala tempo doeloe. Bukan karena sengaja tapi
karena kedai es krim ini memang sudah ada dari jaman Belanda. Terlihat dari
motif lantai, model kursi, bahkan pilar-pilar ruangan yang masih menampilkan
suasana kedai jadul khas Eropa.
![]() |
Nutty Monkey & Bali Dream *enaknya sampai sendokan terakhir*
Capt by Me
|
5. TAHU TELOR PAK JAYEN
Sebenarnya perut sudah kenyang tapi masih muat kok
sebagai penutup jalan-jalan di Surabaya, Tahu Telor Pak Jayen. Ini karena saya
yang sangat ingin makan petis di Surabaya. Yang awalnya saya menyangka bahwa
petis itu adalah bumbu pecel, ternyata salah.
![]() |
Juwaraaaaaaaaaaak !!
Capt by Me
|
Sebenarnya masih banyaaaaaaaak
tempat-tempat yang bernilai sejarah yang bisa dikunjungi di Surabaya. Rasanya
hampir semua tempat di kota ini bermakna sejarah. Ada Tugu Pahlawan, Monumen 10
November, Jembatan Merah, Hotel Yamato tempat terjadinya insiden
perobekan bendera, dan banyak tempat bersejarah lainnya.
Penting untuk kita para muda mudi
kembali belajar mengenai sejarah. Bukan dengan harus masuk kelas terus buka
buku terus dengar guru berceloteh. Tapi bisa dengan membaca melalui
internet atau kalau tidak terlalu minat bisa dengan mendatangi tempat-tempat
bersejarah sembari berwisata. Kadang setelah mengunjungi tempat sejarah, ada niat untuk mencari tau lebih dalam mengenai tempat tersebut.
Dengan mempelajari sejarah, bukan
hanya menghargai perjuangan para pahlawan terdahulu tapi menjadi peringatan ke
diri sendiri untuk bisa lanjutkan perjuangan para beliau yang telah wafat.
Caranya bisa apa saja, berkarya untuk negeri, berkarya untuk bangsa, lebih
cinta terhadap produk local, pokoknya apapun itu.
Dan tulisan ini saya dedikasikan
untuk mengenang perjuangan para pahwalan yang telah mati-matian sampai titik dara penghabisan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
SELAMAT HARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER
MERDEKA!!
wuaaaaa bagus nya...besok-besok ngga akan jalan mundur lagi :D
ReplyDeleteGpp fiz dimaklumi.
DeleteMending jalan mundur drpd mobilnya koprol :))))
Kakak...keren kali lah..
ReplyDeleteAq jadi stalk IG dan blog kakak.
kakak mah dah keren dan dah rajin nulis..tapi beruntung aq bisa kenal via nulisyuk.
semangat terus nulis ya kakak..:)
Yuwan,, makasih yaaa..
DeleteSenang juga bisa kenal kamu
Yuuk saling support, biar kita bisa terus menulis menulis dan menulis